Pelepasan Remah 1
Pelepasan
Remah 1
Solo, 12 November 2011
Hari ini aku bermimpi
Kuputuskan tuk berikan seluruh hidupku
untukmu
Akan kuserahkan segala harap dan angan
dijiwaku tuk ditukarkan dengan beberapa koin cintamu.
Fantasiku telah mencapai batas diatas normal
hanya untuk menggapai ilusimu, berharap jika kau benar-benar ada hanya
untukku...
Hadirmu, adalah penghapus segala batas
dan alasan
Keberadaanmu, adalah titik embun
pertama penghapus dahaga dalam kisah tak bernama tetapi selalu ada
Ajarkan aku,
Memupuskan gulita yang datang
menghadang, memberangus kelam yang datang, dan menyapulenyapkan segala jejak
dan bayang
Engkaulah alasan untukku ada dan terus
berjuang
Tahukah jika kau seperti drug yang tak
pernah bisa kulepas sekalipun puluhan kali aku membuang diri kepusat
rehabilitasi?
Beberapa hayalan tentang realitas
bahkan tak bisa mengalihkan pandanganku yang berpusat padamu
Matamu sumber keteduhan hatiku
Wajahmu sumber kedamaian jiwaku
Gemingmu, bisumu, amarahmu, lukamu,
tawamu, senyapmu,
Dan akumulasi setiap partikel dalam
tubuhmu adalah pelengkap kesatuan tubuhku,
Jika memang bisa disatukan...
. . . . # # # . . . ...
Air
mataku meluncur bebas dari kelopak tempatnya bersemayam, butiran-butiran air
jatuh memecah tinta bolfoin, memberikan noda lumer berbentuk pola-pola bundar
bergelombang di buku harianku.
Tak
kuat lagi ku tahan kumparan rasa sakit dan kecewa yang bercokol hebat di rongga
dada. Rasa sakit dan kecewa yang seakan-akan sengaja ditekan kuat-kuat di
dadaku hingga mengharuskanku mengais gumpalan oksigen hanya untuk menjejalkan
nafas di rongga hidungku.
Kututup
buku harian tempat seluruh episode hidupku berpadu. Kembali rutin aku menulis
di buku harian itu sejak aku tak lagi bisa merasakan atmosfir kebahagiaan lagi
di kehidupan tabuku. Bahkan, untuk mengecup kebahagiaanpun, aku tak lagi merasa
mampu.
Hidupku
suram dan terlampau kelam hanya karena satu manusia yang dahulu kupuja dan
sampai sekarang masih aku agung-agungkan tanpa alasan rasional, cinta.
Aku
adalah seorang penjudi yang buruk, pengobral kepingan rasa percaya dan
kesetiaan di dunia yang tak diciptakan untuk itu. Detik pertama dia datang dan
meresap telak dalam pori-pori hidupku, langsung membuatku kelabakan.
Kocar-kacir aku berusaha mempertahankan jati diriku. Aku yang mempunyai masalah
untuk mengendalikan sudut kelam di dalam diriku, tak pernah tahu kapan harus
mulai dan berhenti. Ketika dia datang berpadu dengan sinar gemilang, kalang
kabut kuserahkan segala yang kupunya. Kepingan rasa percaya dan kesetiaan
bertaburan di meja judiku dan aku selalu tak membawa pulang apa-apa. Rasa
percaya itu menghilang dan amblas di tangan manusia bernama Willy Putranda.
. . . . # # # . . . ...
Kurenggut
kepala botol Whishky sisa acara mabuk
bersama beberapa minggu yang lalu, kugenggam erat leher botol itu dan ku
benturkan dengan ujung lancip meja kamarku.
Botol
itu pecah. Membentuk pola zig-zag tak beraturan, berhamburan diatas karpet
kamarku. Naluriah, sudut bibirku tertarik hingga menyentuh telingaku. Entah apa
yang begitu membahagiaakan selain nadi yang tak lagi berjarak dengan kepingan
kaca paling besar yang kini mantap berada di genggaman.
Kutatap
pecahan kaca itu saat menggores denyut di lenganku. Nafasku memburu saat
telapak tanganku teriris nyeri. Darah segar menetes pelan menelusuri lengan,
menderas dan mendarat tepat di atas karpet putih yang menopang sebagian besar
lantai kamarku.
Kesadaranku
goyah, kewarasanku tak lagi bertahta. Kujejalkan belasan obat penenang ke dalam
mulutku dan kutelan sekuat tenaga, seperempat botol lebih obat itu aku tenggak
dan lenyap dalam kerongkongan. Tubuhku bergetar, aku tersendat tawa, entah apa
yang membuatku begitu gembira. Mungkin karena ini adalah saat terakirku
menangung derita.
Pandanganku
mulai tak karuan, bergoyang-goyang hingga akhirnya seperti televisi rusak.
Kutatap pelan aliran darah yang melingkari lenganku mulai tersendat,
kutambahlah dua sayatan besar hingga alirannya kembali deras. Dan aku mulai
terbahak. Kukecup lengaku tempat darah bermunculan di balik sobekan kulitku,
lalu kujilati dan kuhisap aliran darah itu.
Ada
sensasi menakjubkan saat gesekan kaca menyayat kulitku, ada rasa sakit yang
begitu membuatku ketagihan saat sumber sayatan itu kuhisap tak karuan.
Benar-benar kunikmati sensasi itu. Senyumku terus mengembang, pangkal lidahku
kembali mengecap-ngecap pelan daging segar yang baru saja terkuak. Aku
terhempas dalam kenikmatan palsu.
Tubuhku
menggelinjang. Bulu kudukku berdiri berseragam. Memperjelas lubang pori-pori
dikulitku. Belum pernah kunikmati sensasi kenikmatan seperti ini. Ada letupan
kedamaian yang meningkat seiring berjalannya waktu.
Semakin
kuhisap aliran darahku, aliran kenikmatan itu semakin meletup hebat. Kugores
kembali lenganku, tak ada rasa akit ataupun nyeri. Hanya ada kebahagiaan saat
pecahan kaca itu menggesek lembut lenganku.
Aku
tersedak hebat, hingga memuncratkan darah dari mulutku saat gelombang tawa
tiba-tiba muncul dari dalam dadaku. Foto itu. Gambar dibawah salip berwarna
kelabu itu. Kupandang sekeliling, satu persatu kenangan mulai berputar diteater
pikiranku. Drama dan opera masalalu menuntut perhatianku. Luka yang belum
mendapat penawar kembali terkoyak, kepedihan dan rasa sakit yang belum tuntas
kembali mendidih. Aku menangis. Tersungkur dilantai.
Dadaku
remuk redam. Seolah-olah berulang dihantam. Kurasakan nyeri yang teramat
sangat. Willy, Willy... rintihku.
Aku
jatuh cinta habis-habisan. Cintanya yang begitu benderang membuatku melayang
hingga akhirnya aku terpuruk di dasar jurang, setelah mengambang di
awang-awang.
Kuhikmati
benar kenangan-kenangan yang kembali terngiang, karena mungkin setelah ini tak
bisa kembali kuputar ulang.
Selanjutnya ke Remah 2 klik disini
Daftar lengkap serial Pelepasan
Melajulah "Pelepasan"ku klik disini
Pelepasan Remah ke 1 klik disini
Pelepasan Remah ke 2 Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 Klik disini
Pelepasan Remah ke 5 Klik disini
Pelepasan Remah ke 6 Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 Klik disini
Pelepasan Remah ke 9 Klik disini
Pelepasan Remah ke 10 Klik disini
Pelepasan Remah ke 11 Klik disini
Pelepasan Remah ke 12 Klik disini
Pelepasan Remah ke 13 Klik disini
Pelepasan Remah ke 14 Klik disini
Pelepasan Remah ke 15 Klik disini
Pelepasan Remah ke 16 Klik disini
Pelepasan Remah ke 17 Klik disini
Pelepasan Remah ke 18 Klik disini
Pelepasan Remah ke 19 Klik disini
Pelepasan Remah ke 20 Klik disini
Pelepasan Remah ke 21 Klik disini
Pelepasan Remah ke 22 Klik disini
Pelepasan Remah ke 23 Klik disini
Pelepasan Remah ke 24 Klik disini
Pelepasan Remah ke 25 Klik disini
Pelepasan Remah ke 26 Klik disini
Pelepasan Remah ke 27 Klik disini
Pelepasan Remah ke 28 Klik disini
Pelepasan Remah ke 29 Klik disini
Pelepasan Remah ke 30 Klik disini
Pelepasan Remah ke 31 Klik disini
Selanjutnya ke Remah 2 klik disini
Daftar lengkap serial Pelepasan
Melajulah "Pelepasan"ku klik disini
Pelepasan Remah ke 1 klik disini
Pelepasan Remah ke 2 Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 Klik disini
Pelepasan Remah ke 5 Klik disini
Pelepasan Remah ke 6 Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 Klik disini
Pelepasan Remah ke 9 Klik disini
Pelepasan Remah ke 10 Klik disini
Pelepasan Remah ke 11 Klik disini
Pelepasan Remah ke 12 Klik disini
Pelepasan Remah ke 13 Klik disini
Pelepasan Remah ke 14 Klik disini
Pelepasan Remah ke 15 Klik disini
Pelepasan Remah ke 16 Klik disini
Pelepasan Remah ke 17 Klik disini
Pelepasan Remah ke 18 Klik disini
Pelepasan Remah ke 19 Klik disini
Pelepasan Remah ke 20 Klik disini
Pelepasan Remah ke 21 Klik disini
Pelepasan Remah ke 22 Klik disini
Pelepasan Remah ke 23 Klik disini
Pelepasan Remah ke 24 Klik disini
Pelepasan Remah ke 25 Klik disini
Pelepasan Remah ke 26 Klik disini
Pelepasan Remah ke 27 Klik disini
Pelepasan Remah ke 28 Klik disini
Pelepasan Remah ke 29 Klik disini
Pelepasan Remah ke 30 Klik disini
Pelepasan Remah ke 31 Klik disini
Pelepasan Remah ke 32 Klik disini
Pelepasan Remah ke 33 Klik disini
Pelepasan Remah ke 34 Klik disini
Pelepasan Remah ke 35 Klik disini
Pelepasan Remah ke 36 Klik disini
Pelepasan Remah ke 37 Klik disini
Pelepasan Remah ke 38 Klik disini
Pelepasan Remah ke 39 Klik disini
Pelepasan Remah ke 40 Klik disini
Pelepasan Remah ke 41 Klik disini
Pelepasan Remah ke 42 Klik disini
Pelepasan Remah ke 43 Klik disini
Pelepasan Remah ke 44 Klik disini
Pelepasan Remah ke 45 Klik disini
Tongkat Estafet Kedua Klik disini
14 Fakta Di Balik Serial Pelepasan Klik disini
Untuk "Pelepasanku" Klik disini
Celoteh di balik Pelepasan Klik disini
Untuk "Pelepasanku" Klik disini
Celoteh di balik Pelepasan Klik disini
Bolfoin?
ReplyDeleteHmmm...
ReplyDeletehahahahha makasih ya udah dateng... silahkan lanjut ke remah-remah selanjutnya....
ReplyDeleteIzin buat dijadiin cerita wattpad boleh gak admin?
DeleteDari 3 tahun yang lalu sampai sekarang,masih sering baca Pelepasan remah,Nagih dan bercampur emosi 😂
ReplyDeleteSemoga admin dan penulisnya panjang umur
ReplyDelete