REVIEW FILM: LOVELY MAN (2012)
LOVELY MAN (2012)
Triztan Famous
Lama
saya termenung saat credit title film ini bergulir dan layar mulai menghitam.
Detik berikutnya saya bertepuk tangan untuk sekian lama, sungguh indah film
ini, sensasi yang ditimbulkan benar-benar belum saya rasakan sebelumnya.
Membuat saya dahaga akan karya Tedy Soriaatmadja yang lainnya.
Sungguh,
Lovely Man memberikan saya perjalanan magis satu malam ketika jakarta setengah
terlelap, selama 75 menit bergulir, Lovely Man memberikan guliran emosi yang
begitu intens dan penuh. Sebuah anomali sinematik yang mungkin tak akan
dieksploitasi lagi oleh sineas-sineas Indonesia karena kebanyakan pelaku sinema
di Indonesia menampilkan sosok Transgender sebagai bahan pemantik lelucon
konyol atau sebagai bahan untuk olok-olokan pemancing tawa bodoh sesaat.
Lovely
Man menghentak dengan posternya yang begitu membuat gregetan sekaligus
penasaran, seorang gadis polos berkerudung lusuh yang bersandar pada seorang
waria dengan pakaian mencolok di halte bus way malam-malam. Apa yang mereka
lakukan? Apa yang ingin disampaikan? Tapi semua pertanyaan itu tak akan
memiliki tajinya saat Lovely Man mulai menggulirkan kisahnya. Film ini begitu
bersahabat seakan-akan mengandeng tangan saya dan mengajak saya jalan-jalan
malam yang penuh kesan saat jakarta mulai terlelap.
Secara
garis besar Lovely Man menceritakan tentang Cahaya (Rahianun) yang pergi ke
jakarta untuk bertemu dengan ayahnya yang bernama Saipul (Dony Damara),
berbekal dengan rasa nekat dan tanpa restu ibunya Cahayapun mendatangi alamat
rumah ayahnya dan harus mengulum kekecewaan karena sang ayah sedang tak ada di
rumah. Lewat informasi tetangga sebelahnya, Cahaya mendapati jika bapaknya
sedang bekerja, dan diberinyalah sebuah alamat tempat ayahnya bekerja. Tapi
alangkah terkejutnya dia karena ayah yang telah kabur sosoknya dalam ingatan
ternyata menjadi seorang waria yang suka menjajakan barang dagangan di pinggir
jalan.
Berbekal
premis yang begitu menggusik dan menggairahkan, Lovely Man tampil begitu
mempesona, sederhana dan indah bukan main. Memang Lovely Man tampil sebagai
film low buget yang tampil begitu apa adanya, tapi di tangan Teddy, film ini
tidak tampil begitu apa adanya. Ibarat tamu, setelah mengetuk pintu, Lovely Man
tidak kebanyakan basa-basi, tapi langsung merengut hati sang pemilik rumah
dengan kehangatan yang teramat sangat dan sayang untuk ditinggalkan.
Daya
magis terbesar Lovely Man ada pada peforma menakjubkan dua pemain utamanya,
yaitu Raihanun dan Dony Damara yang berhasil bermain dan memainkan cerita
dengan sangat baik. Melalui Lovely Man, kita diajarkan untuk tidak mengadili
kesalahan, tapi malahan kita diajarkan untuk memperbaiki kesalahan dengan
bijaksana. Tak peduli bagaimanapun Lovely Man berakhir, film ini sudah
berbicara begitu banyak dan memberi lebih pula untuk penontonnya. Terlebih film
ini berhasil membungkus jakarta dengan begitu manis akibat kejelian Ical
Tanjung, sehingga Jakarta seperti mempunyai wajah lain saat tampil di dalam
film ini.
Dan
sebagai penutup, saya ingin berterimakaih banyak kepada teddy Soriatmadja
karena telah memanusiakan manusia dan mengajarkan kita melihat sesama manusia
secara manusiawi. Apapun pilihannya, entah dia Metroseksual, LGBT, Biseksual
ataupun pilihan yang lain, itu pilihan yang mereka pilih dan jatah kita hanya
untuk menghargai apa yang mereka pilih, bukan untuk menghakiminya. Sekian. J
Skor:
8,5/10
0 komentar: