aku hanyalah...
Aku hanyalah...
Oleh : Triztan Famous
Kita bertemu karena ayahmu.
Di saat kamu ulang tahun ke sebelas. Aku hanya
tertegun melihat paras ayumu, sekilas kau terlihat seperti boneka barbie.
Tersungging senyuman kecil di pipi kemerahan diantara rambut coklat emasmu, kau
benar-benar bocah yang mempesona dalam lumatan gaun dan pita merah muda. Hampir
menyerupai kotak kado berjalan.
Kau mengatakan padaku batapa lucunya diriku. Kau
mengatakan betapa kerasnya usahamu untuk mendapatkan aku. Dan kau mengatakan betapa
hebatnya kamu sekarang setelah memiliki diriku.
Kita mulai bersahabat. Bukan sahabat yang
sebenarnya, tapi hanya sahabat pasif saja. Dikala kau butuh tempat untunk
menuang berabagi umpatan kehidupan nyata yang seharusnya belum kamu alami. Kamu
menanggis, dan terlelap memelukku. Kau selalu begitu, kau bilang jika pelukanku
membuatmu tenang.
Kau juga selalu memelukku ketika menonton acara di
depan tv, dengan segelas susu dan biskuit coklat yang tak pernah absen dalam
prosesi sakral ini. Kau bahkan bisa menghabiskan untaian waktu dalam hari,
hanya dengan duduk saja, bersamaku dan bersama cemilan yang tak hentinya
tergerus masuk ke dalam organ pencernaan perutmu.
Satu tahun berlalu, dan sekarang kita memiliki
ukuran yang sama, tubuh yang sama, dengan berat berbeda. Kau selalu membisikkan
kata-kata jika kita memang terlahir kembar, jika aku dan kamu memang ada untuk
bersama-sama.
Kerap kali kau bercerita tentang mimpi usai kau
terbangun dari alam tidurmu. Kau bercerita tentang senangnya menjadi putri
dengan balutan gaun indah, sebuah kastil mewah dan pangeran tampan dengan kuda berwarna
putih cerah. Kebahagiaan membuncah di hati sebelasan tahunmu, aku tersenyum
dalam sunggingan bahasa yang tak kau pahami, bercerita dan membalas
pertanyaanmu dengan letupan kata yang tak akan pernah bisa kau mengerti.
Masa remaja menghampirimu, menggulirkanmu dalam
pesona berjuta perasaan yang belum sepenuhnya kamu pahami. Aku tau kau tak bisa
menampung ini sendirian tapi kadang sebuah cerita ataupun curahan tak bisa
meluaskan daya tangkapmu untuk semua hal ini.
Jika ada yang tumbuh, selalu saja ada yang patah
hanya untuk sebuah proses perputaran. Dan patah itu sekarang sedang menawanmu. Kau
selalu terlelap dalam tubuhku, membenamkan wajahmu saat air mata yang tumpah
karena cinta pertama. Kau bercerita tentang jutaan perasaan aneh yang
menggantung di hatimu, bergelayutan dan jungkir balik hingga membuatmu tergagap,
bahkan berulang megap-megap bagai ikan yang mencelat dan terdampar di daratan.
Cinta pertama telah pudar dikala kau berusia empat
belas tahun, dia memutuskanmu dan kamu terpuruk karena hal itu. Hati kecilmu,
cinta mungilmu dan rasa sakit yang terlalu dini membuatmu ambruk dalam
ketidakberdayaan. Kau menaggis, kau bersedih dan kau pilu karena demam perasaan
tak menentu. Aku sanggat peduli padamu, tapi untuk sekedar komunikasi saja aku
tak punya daya. Aku ingin menghiburmu, menceritakan hal lucu dan bertingkah
konyol demi senyummu, tapi aku hanya bisa membisu. Kau selalu bercerita secara
gamblang kepadaku, tidak pernah tidak. Seluruh seri petualanganmu sudah ludes
kulahap dalam rekam otak. Bahasa tubuhmu, garis wajahmu, dan tarikan senyummu
yang mempesona selalu tak pernah memiliki niat untuk hijrah ke lain hati. Selain
diriku.
Dunia mengalir, takdir bergulir, dan waktu membombardir.
Kita tetap bersama, selalu begitu dari dulu.
Seperti ada lem yang mengikat kita dalam ikatan psikologis, kau tidak bisa
tertidur jika tak ada aku, dan aku tak akan pernah bisa membuatmu melindur jika
tak ada kamu. Kita tetap beradu kehangatan dan tetap berpelukan, walau kau
selalu bercerita tentang beberapa orang kau sukai. Aku tidak cemburu, sama
sekali tidak cemburu, karena aku tak mempunyai hak untuk memilikimu.
Kau masih berada di sisiku saja aku sanggat
bersyukur, kau masih memelukku di kala kau terlelappun itu lebih dari cukup.
Tak ada hal yang lebih indah selain melihat garis wajahmu dikala tidur. Menatap
senyummu dikala pagi yang cerah. Kau selalu saja membuatku ketagihan dalam
kebersamaan, rontokan rambut panjangmu, bau keringatmu, leguhan dalam mimpi
indahmu ataupun kicauanmu saat melindur. Aku menyukainya, sungguh menyukainya.
Tapi apakah perbedaan dunia akan luluh jika kita
bersama? Ataukah aku yang akan melumpuh sekiranya jika kita terus bersama? Kau
di dunia manusia dan aku didunia benda mati. Akulah bantal yang setia
menunggumu di kala tidur. Akulah benda mati yang selalu kau butuhkan untuk
tetap ada. Aku hanyalah bantal kesukaanmu, benda bergambar tokoh kartun
favoritmu, samsak tinju dikala kau jemu dan kumpulan kapuk yang kau peluk
dikala kegembiraan terpupuk.
0 komentar: