Review Finding Dory
Review Finding Dory
Di
dalam ranah film animasi, Pixar adalah penguasa. Pengeruk uang lewat film-film
Box Office dan pembabat piala dalam ajang penghargaan. Selain berhasil dalam
branding- saya selalu mengibaratkan Pixar sebagai Apple, inc. Yang produknya
selalu dinanti dan di rindukan oleh banyak orang-, Pixar juga berhasil menerobos
segala batasan pengisahan dengan beragam ide-ide kunci, hati dan akhirnya
membuat kita merenungkan banyak hal melalui berbagai presentasi film-film
mereka yang menakjubkan.
Saya
adalah fans garis keras Pixar, karena saya tumbuh dengan film-film mereka.
Banyak yang berusaha mencoba untuk menyaingi atau menyamai prestasinya, tapi
tak akan ada yang pernah bisa menggantikan Pixar, entah itu Disney Animations,
DreamWork, Illumination Entertaiment, Blue Sky, Sony Pictures Animations. Saya
sudah menonton semua film buatan mereka, dan Pixar masih punya posisi khusus di
hati saya. Memang saya menyukai beberapa produk andalan mereka, seperti Frozen,
Zootopia, How to Train Your Dragon. Tapi Pixar tetaplah Pixar, nggak ada
duanya.
Tahun
ini Pixar kembali mengeluarkan sekuel film andalan mereka, Finding Dory, sekual
Finding Nemo yang telah menjadi tontonan wajib saya dan ponakan-ponakan saya di
akhir pekan. Ada sensasi aneh yang menyerang saat film ini diputar di bioskop,
seperti saat saya menonton AADC2, Finding Dory membuat saya bergidik was-was.
Akankah film ini bisa kembali menaikan brand Finding Nemo atau hanya sekedar
penceritaan ulang dengan sudut pandang berbeda seperti Monster University?
Tapi
saat menilik Andrew stanton masih berperan sebagaimana di film pertama, rasa
was-was saya sedikit berkurang walaupun kegagalan kisah di sekual cars masih
membayang. Pada saat film dimulai, rasa was-was saya langsung lenyap saat
melihat presentasi film pendek berjudul Piper yang bergitu indah dan
menggemaskan, lalu dilanjutkan dengan sajian utama yang langsung membuat hati
saya hangat. Coba dengarkan suara Dory saat kecil, begitu menggemaskan dan
ingin sekali saya memeluknya.
Saat
pengisahan bermulai, berulang saya merasakan injeksi emosi yang begitu dalam
dan menyesakan dada. Ingatan-ingatan masalalu dory, bagaimana dia mengarungi
lautan seorang diri dengan penyakitnya begitu membuat saya trenyuh akan
dirinya. Berulang saya menahan diri untuk tidak meneteskan air mata, tetapi
susah. Di dalam film ini kita seakan-akan membiarkan hati kita saling
berbicara, dengan hati Dory, dengan hati Stanton, dan dengan hati Pixar. Jika
tak pintar-pintar menempatkan komedi, Finding Dory akan cenderung suram dan
sedih.
Keistimewaan
Finding Dory adalah penempatan banyaknya karakter baru yang segar dan
menyenangkan. Dan karakter-karakter tambahan itu juga memiliki porsi tersendiri
untuk menggerakan kisah yang indah dan effisien. Sebut saja Destiny dan Bailey
yang begitu cepat masuk ke dalam pikiran para penonton dan tak bisa mudah
dilupakan. Atau Hank, octopus konyol yang bisa berubah-ubah sesuka hati, bertemprament
buruk dan emosional ditanggapi enteng oleh Dory yang akhirnya membuat hubungan
mereka tumbuh sehat dalam kasih sayang persahabatan dan perhatian layaknya
keluarga, atau kedua orang tua Dory yang begitu menyenangkan dan suportif.
Keajaiban
Pixar kembali terjadi di film ini, Finding Dory mengajarkan kita tentang
bahagia yang sederhana. Tentang karakter-karakter yang memiliki kekurangan
tetapi menjadi sempurna. Dan hal tersebut datangnya dari keluarga, entah
keluarga biologis atau bukan. Saya bahkan berkaca-kaca saat kembali memikirkan
bagaimana perasaan orang tua Dory yang normal tetapi memiliki anak yang
memiliki kekurangan. Bagaimana hebatnya orang tua yang mencintai anaknya apa
adanya.
Jika
kita tarik secara garis besar, pengisahan di Finding Nemo dan Finding Dory
mengutamakan tentang cerita hubungan orang tua dengan anak yang memiliki
kekurangan fisik. Tentang bagaimana mereka menerima kekurangan anak mereka dan
menyiapkan mereka untuk kemungkinan apapun dengan hati dan cinta yang besar.
0 komentar: