menguliti kenangan
“ Menguliti Kenangan “
Oleh : Triztan Famous
Masih
ingatkah kau tentang diriku yang dulu selalu hadir?
Masih
ingatkah kau tentang lingkup udara yang selalu menemanimu mengalir?
Masih
ingatkah kau alasan kita terlahir?
Dan
masih ingatkah kau pada runutan hidup yang dulunya bertakdir?
Kau
tidak lupa, kau hanya tidak sudi untuk mengingatnya, kau lebih suka bersabda
jika semua itu sudah larut dalam cahaya, lenyap dalam ruang hampa dan hilang
entah kemana.
Masih
ingatkah kau tentang air mata yang dulu menggenang?
Kesedihan
yang berkubang?
Dan
luka, duka serta lara yang membuat hati berlubang?
Kau
masih ingat, tapi kau tak berniat untuk mengenang, kau sama sekali tak berniat
untuk mengenang sebuah bintang, sebuah bintang yang dulu memancarkan cahaya
terang.
Masih
ingatkah kau tentang rasa rindu yang dulu selalu membabat dadamu?
Menelanjangimu
dengan rasa nyilu
Melumatmu
dalam rasa pilu
Dan
mengunyahmu dalam dahsyatnya untaian nada bisu?
Kau
membeku, tak berani menatapku, kau sama sekali tak ingin aku mengungkit rasa
yang kau sakralkan dalam tabu, tapi aku tahu jika rasa itu tak pernah luput
dari ingatanmu.
Masih
ingatkah kau dengan sorot mata yang selalu bersinar cerah?
Bahasa
tubuh yang melemah
Basuhan
kata-kata berserah indah
Atau
sekedar berpasrah dengan lelah?
Kau
gundah dengan rentetan pertanyaanku yang membuatmu melayang ke negeri antah
berantah, kau tak bisa mengendalikan dirimu untuk sekedar berdiam dalam laku
stagnan, tubuhmu bergidik, menampakan luapan amarah
Masih
ingatkah kau dengan kehangatan rasa yang berpendar ketika kita menyatukan diri
dalam pelukan?
Berbahagia
dalam leguhan
Bertukar
kasih dalam bongkah kenikmatan
Dan
menghancurkan kenangan karena pertengkaran di bawah cahaya bulan?
Kau
diam dalam buai kepalsuan, meneteskan air mata yang dulu tertahan dan merelakan
kenangan yang tak kunjung memadam.
Kau
benar-benar tak ingin lagi tertawan, kau mengatakan jika sudah merelakan semua
sebagai kenangan dan kau ingin hidup bebas tanpa bayang-bayang.
Dengan
air mata yang tak bisa lagi kau tahan, kau memintaku untuk berhenti menguliti
kenangan.
0 komentar: