Review: Doctor Strange
Review:
Doctor Strange
Jujur
saya bukan pengemar jagad Marvel Cinematic Universe atau lebih dikenal MCU
karena hati saya sudah tertambat di DC dengan trilogy The Dark Knight yang
begitu impresif unggul dari banyak segi
dan karena saya tumbuh bersama komik dan animasi Batman, Superman, Wonder Woman
dan jatuh cinta habis-habisan dengan karakter Joker. Tapi sejak jagad sinematik
digempur film-film superhero, saya mulai mengikuti banyak garis cerita, mulai
dari MCU, DCEU, hingga X-Man yang amburadul dan tak membekas itu.
Tahun
ini layar perak menghadirkan Deatpool yang menurut saya nggak sebagus
pemberitaan banyak orang, lalu BvS yang membuat saya girang saat pertama kali
nonton dan bosan saat nonon untuk kedua kali, lalu Civil War yang menurut saya lumayan
tapi dengan villian kas Marvel yang membosankan, lalu yang saya tunggu-tunggu,
Suicide Squad yang menurut saya unik setengah jam pertama dan satu setengah jam
kemudian terselamatkan pesona Harley Queen, lalu Doctor Strange kini yang
mempesona secara visual tetapi sangat mudah ditebak dan sama sekali tak
klimaks.
Doctor
Strange adalah kisah original superhero yang sangat berbau Iron Man sekali,
yang menceritakan tentang dokter bedah ahli saraf yang kaya, jenius dan arogan
tetapi karena sebuah kecelakaan mobil, ia tak bisa lagi menggunakan tangannya
secara sempurna. Secuil informasilah yang akhirnya membawa dia ke nepal mencari
kesembuhan dari sebuah tempat bernama Kamar-Taj, dimana ditempat itu tersimpan
keajaiban yang sulit dijabarkan dengan kata-kata dan mengubah pola fikir Doctor
Strange.
Di
tempat itu akhirnya dia bertemu dengan sosok Ancient One yang melatih Stange
dengan sedemikian rupa, lalu ada mantan murid yang memberontak dan menjadi
tangan kanan sang musuh utama. Jujur, saya bosan dengan pola penceritaan
seperti ini, ayolah Marvel, ini film ke 14 kalian dengan formula yang hampir
sama semuanya. Saya bosan, oke? Saya butuh terobosan film-film superhero yang
lain.
Secara
visual memang kita akan diingatkan dengan film inception dimana di film ini
berevolusi lagi dengan penuh magis saat kota terlipat-lipat, portal dimensi
lain bisa terbuka sedemikian rupa dan ilmu bela diri yang dipelajari secara
singkat. Visual sangat berperan penting disini dan juga yang paling bisa kamu
nikmati karena hanya itu jualan utamanya.
Saya
mengeluhkan adegan Strange dengan musuh utama yang menurut saya “Udah? Cuma
gitu doang?” dan sama sekali tak klimaks atau alih-alih mengagumkan seperti
banyak dunia yang dijabarkan di awal film. Ada sahabat saya yang bilang kalau
lumayan beda klimaksnya karena dibuat negosisasi seperti itu. Tapikan ini film
superhero? Bukan film tentang negosiator dan tujuan saya nonton film superhero
karena ingin lihat bagaimana kekuatan mereka tumbuh, motivasinya,
pertempurannya, superviliannya, dan lain-lain.
Overall,
menurut saya Marvel mempunyai cerita-cerita dengan aroma sama tetapi pintar
mengemas sehingga nampak menarik dan DC mempunyai segudang cerita bagus dan
kaya tapi tak tahu benar bagaimana mengolah dan menjualnya.
Skor:
2/4
0 komentar: