Review : Promise
Review : Promise
Setelah
ILY from 38.000 ft yang rada lumayan, saya kira Screenplay Films seengaknya
akan naikin kualitas kisahnya, dan akan memberi toleransi untuk orang-orang
diluar target pernontonnya sehingga dapat memperluas pasaran mereka. Dan enggak
sok eksklusif sama target penonton alay yang murah banget bapernya, plis deh,
seklise-klisenya kisah hidup yang diinginkan para remaja putri super alay juga
enggak gini-gini juga.
Emang
nggak ada masalah yang jauh lebih besar daripada cerita cinta-cintaan kaya gini
ya? Ya kalau emang di umur-umur segitu urusan cinta lebih gawat daripada
apapun, setidaklah buatlebih niatlah, lihatlah AADC atau Twilight yang
ninggalin kesan walau tema sama pengisahannya cenderung standar. Entah apa yang
terjadi dengan Promise, tapi cerita yang simpel tapi diobrak-abrik nggak jelas
agar terkesan rumit dan pintar yang malahan mencederai sendiri filmnya.
Promise
bermula dengan adegan konyol, Rahman (Dimas Anggara), seorang anak pengurus
pesantren di Jogja disuruh menikah oleh orang tuanya sama seseorang yang
dijodohkan sama dia gara-gara dia ketahuan nyimpen film bokep milik temennya
yang bandel, Aji (Boy William). Goblok nggak? Oke kalau masih bisa nerima,
lanjut, tiba-tiba setting berpindah dua tahun kemudian, di Milan, Italia, saat
Rahman kuliah Grafis disana. Selama kuliah, Rahman didekati Moza, gadis
Indonesia, tapi hati Rahman tertutup dari cinta yang baru. Saya tak akan
menjabarkan kisah dari film ini lagi karena hal itu akan menggangu sensasi
menonton, Promise terlalu berjuang sok beda dan memberikan kejutan yang nggak
mengejutkan untuk pangsa penontonnya biar nggak bosan sama materi mereka yang
itu-itu aja. Dasar.
Sebel
nggak sih nonton film yang isinya cinta segi banyak, yang nggak tahu perasaan
satu sama lain, sok menjaga perasaan, atau nggak mau menyakiti dengan bilang
apa adanya, ya cuma muter-muter disitu doang sih. Tapi tetep ya, endingnya ehm,
kaya gitu melulu, usaha banget buat baper tapi ya gitu deh, bapernya cuma
ngefek buat kalangan alay doang. Kisah yang acak membuat film ini jadi kacau,
terlebih emosi yang harusnya banyak kata kepada penonton jadinya nggak nyampe
gara-gara editing nggak tentu maksudnya apa ini. Saya bisa nikmatin film ini
cuma gara-gara pemandangan film aja, soalnya keganggu banyak hal di film ini.
Ngehek bangek nggak sih pas tiba-tiba ada quote IG muncul mendadak dikisah
18-20 tahun, yang alay, nggak sesuai banget deh sama umurnya. Terus ada yang
digambarin sahabat, tapi nggak ngeh sahabatnya gimana-gimana, alay, terus
aktingnya kaya masih kelas FTV banget, cuma lokasinya lebih wah aja gitu.
Dan
ini yang paling penting, PROMISEnya itu dimana?
0 komentar: