Review : Kubo and the Two Strings
Review
: Kubo and the Two Strings
Ada
sensasi magis saat film ini bermula, gabungan antara depresif, sedih haru dan
sentuhan ajaib yang membuatmu akan terus bertahan menit-menit berikutnya dengan
beragam keajaiban. Kubo and the Two Strings di produksi oleh Laika dimana
sampai saat ini belum pernah menciptakan karya yang buruk walaupun tak terlalu
menonjol di pentas Box Office Global maupun domestic sehingga kadang kala saat
melempar karya baru, tak mendapatkan tempat semestinya.
Cerita
bermula seperti genra fantasi kebanyakan nan formulatik, tapi dengan visual
yang mempesona hingga mampu membuatmu terhanyut dalam alunan ceritanya. Kubro
and the Two Strings bercerita tentang Kubo, seorang anak dengan mata sebelah yang
dianugrahi bakat sihir yang mempesona. Sebelah matanya dicongkel oleh kakeknya,
raja bulan yang bengis kejam dan tak berperasaan. Sang ibu, yang semakin lama
semakin tak berdaya, tinggal di sebuah gua yang jauh dari desa selama Kubo
mencari uang dengan mendongeng hingga petang.
Ada
satu hal yang tak boleh dilanggar oleh Kubo, yaitu berada diluar gua saat malam
beranjak turun, karena sebuah peristiwa, Kubo melanggar pantangan sang ibu dan
bergulirlah cerita tentang dua saudara ibunya yang memburunya untuk memenuhi
permintaan sang kakek.
Cerita
kemudian beranjak saat kubo dan seekor monyet membantunya mengumpulkan pedang,
baju zirah dan topi perang (saya nggak tahu apa nama yang tepat) untuk
bertempur dengan sang kakek. Satu persatu ujian kubo hadapi bersama sang
monyet, manusia kumbang dan prajuit origami yang membantunya selama perjalanan.
Satu
persatu misteri terkuak dengan cara yang menurut saya tak elegan, dan terkesan
tergesa-gesa, secara visual memang sangat menjual tapi lewat pertengahan film,
Kubo menjadi sangat membosankan dan mudah ditebak mau kemana. Seperti yang saya
jabarkan di paragraf awal, sangat formulatik.
Ada
memang humor-humor lucu, atau adegan-adegan keren dan menakjubkan yang
kebanyakan berasal dari sihir kubo menggunakan kertas origaminya. Tapi saya
bosan dengan karakter-karakter tersebut, terutama monyet yang banyak saya temui
di film-film sejenis, begitu juga dengan manusia kumbang yang konyol dan lupa
ingatan. Tapi saat rahasia terkuak sebelum klimaks yang hanya begitu saja, Kubo
memberikan efek jemu walau saya cukup suka endingnya yang lumayan segar.
Overall,
Kubo And the Two Strings adalah film dengan visual yang mengaumkan, awal yang
menjanjikan namun sayang, jatuh ke jenis film-film formulatik.
Skor:
2,5/5
0 komentar: