Review : Athirah
Review
: Athirah
Ada
yang berubah dengan dunia film saya tahun 2016, saya memang seminggu sekali
selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi bioskop. Saya jarang sekali menonton
film Indonesia jika tidak berasal dari Sutradara favorit (Hanung, Joko Anwar,
Riri Riza dan Angga Dwimas Sasongko) atau rumah produksi prosuksi (Visinema,
Miles dan Soraya Films), butuh usaha ekstre untuk teman-teman saya memaksa
menonton film dalam negeri.
Tapi
kebisaan itu sedikit berubah tahun ini, dari awal tahun saya kerap kali
menyaksikan film dalam negeri. Mulai dari Comic 8 Casino King part 2, Surat
dari Praha, Aach... aku jatuh cinta, My Stupid Bos, A Copy of My Mine, AADC 2,
Rudy Habibie, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos Part 1, dan beberapa film lain
yang tidak saya review karena tidak meningalkan kesan untuk saya. Entah itu
kesan baik atau kesan buruk, karena langsung hilang dari ingatan. Dan saya rasa
kebiasaan itu akan tetap berlanjut karena saya masih menantikan hujan film Box
Office Indonesia desember nanti, hehehe, saya paling senang nonton film
Indonesia pas akhir tahun karena filmnya bagus-bagus.
Jika
awal tahun ini saya terperangah karena Surat Dari Praha dan AADC2, maka saya
kembali dibuat megap-megap karena film ini, saya sama sekali tak menyangka jika
Indonesia sudah bisa menaikan level perfilemannya sampai setinggi ini. Jika
film Indonesia memiliki kualitas seperti Athirah, maka saya akan menonton film
baru Indonesia setiap kamis di bioskop. Saya bangga dengan film Indonesia.
Jika
biasanya Miles mengeluarkan satu film dua tahun sekali. Kali ini mereka keluar
dari pola itu, mereka mengeluarkan dua film dalam satu tahun, satu film untuk
kepentingan komersial dan satu film untuk memenuhi hasrat idealisme mereka.
Sebenarnya saya bosan dan cenderung malas dengan cerita poligami lengkap dengan
elemen religi yang terlalu banyak diulas di film indonesia, tapi saat ada Riri
Riza dan Mira Lesmana di balik kemudi, saya santai saja melengang ke dalam
bioskop karena tahu saya akan disajikan sebuah karya besar.
Adalah
Athirah, ibunda Jusuf Kalla yang diangkat ke dalam cerita, sebelumnya saya sama
sekali tak tahu siapa Athirah dan sepenting apakah beliau sampai-sampai harus
dibuatkan sebuah film. Tapi saat lampu padam dan film mulai berjalan, saya tak
lagi mempermasalahkan hal itu karena bahasa gambar yang menakjubkan. Demi
Tuhan, film ini begitu indah, merdu, puitis, segar dan elegan untuk perfileman
Indonesia. Athirah tak berjalan di koridor poligami yang menye-menye dan
berdrama keblabasan. Tak ada raungan tangis, teriakan histeris, penyakit ganas
bahkan sampai salah satu tokoh meninggal.
Bahkan
saya seperti sedang menyaksikan film-film Eropa dimana melantun pelan, minim
dialog tapi dengan segumpal emosi yang siap menghadang. Athirah benar-benar
menghanyutkan kita dalam alntunan puitis, indah, cantik sambil memahami benar
apa yang sedang dialami sang tokoh di dalam layar.
Bagusnya
penyutradaraan Riri Riza berasal dari ramuan maut naskah hasil kolaborasinya
bersama Salman Aristo, lalu shot-shot mewah Yadi Sugandi, musik yang mampu
berkomunikasi banyak Juang Manyala dan yang paling penting adalah Cut Mini yang
mampu membawakan peran dengan begitu indah, dan tepat sasaran. Hati saya sakit
saat mendengar dia ngaji sambil nangis. Dari ekpresi mukanya, sorot matanya,
reaksinya. Dan yang membuat saya semakin tertarik dengan film ini adalah Jajang
C noer, saya adalah penggermar berat beliau.
Benar-benar
film yang cantik dan puitis.
Skor
: 4,5/5
Tambahan
: saya hidup di Solo dan saya sebenarnya sebal dengan pihak bioskop yang serasa
kurang memberikan edukasi masyarakat tentang film yang bagus dan layak tonton.
Ini buakn pertama kalinya film-film berkualitas Indonesia hanya mendapat jatah
1 layar dan itupun adanya di Solo Grand Mall yang kurang diminati banyak
kalangan untuk menonton film.
Kalau
beneran niat mau majuin film Indonesia, mbok
ya film-film kaya gini ditayangin di Solo Square, The Park, atau Paragon
kek. Masa saya nonton Surat dari Praha, A Copy of My Mine, Siti sampai Athitah
disini mlulu. Yang adil sedikit dong bos.
0 komentar: