REVIEW FILM: LOVELY MAN (2012)

9:49:00 PM Admin 0 Comments







LOVELY MAN (2012)
Triztan Famous

Lama saya termenung saat credit title film ini bergulir dan layar mulai menghitam. Detik berikutnya saya bertepuk tangan untuk sekian lama, sungguh indah film ini, sensasi yang ditimbulkan benar-benar belum saya rasakan sebelumnya. Membuat saya dahaga akan karya Tedy Soriaatmadja yang lainnya.
Sungguh, Lovely Man memberikan saya perjalanan magis satu malam ketika jakarta setengah terlelap, selama 75 menit bergulir, Lovely Man memberikan guliran emosi yang begitu intens dan penuh. Sebuah anomali sinematik yang mungkin tak akan dieksploitasi lagi oleh sineas-sineas Indonesia karena kebanyakan pelaku sinema di Indonesia menampilkan sosok Transgender sebagai bahan pemantik lelucon konyol atau sebagai bahan untuk olok-olokan pemancing tawa bodoh sesaat.
Lovely Man menghentak dengan posternya yang begitu membuat gregetan sekaligus penasaran, seorang gadis polos berkerudung lusuh yang bersandar pada seorang waria dengan pakaian mencolok di halte bus way malam-malam. Apa yang mereka lakukan? Apa yang ingin disampaikan? Tapi semua pertanyaan itu tak akan memiliki tajinya saat Lovely Man mulai menggulirkan kisahnya. Film ini begitu bersahabat seakan-akan mengandeng tangan saya dan mengajak saya jalan-jalan malam yang penuh kesan saat jakarta mulai terlelap.
Secara garis besar Lovely Man menceritakan tentang Cahaya (Rahianun) yang pergi ke jakarta untuk bertemu dengan ayahnya yang bernama Saipul (Dony Damara), berbekal dengan rasa nekat dan tanpa restu ibunya Cahayapun mendatangi alamat rumah ayahnya dan harus mengulum kekecewaan karena sang ayah sedang tak ada di rumah. Lewat informasi tetangga sebelahnya, Cahaya mendapati jika bapaknya sedang bekerja, dan diberinyalah sebuah alamat tempat ayahnya bekerja. Tapi alangkah terkejutnya dia karena ayah yang telah kabur sosoknya dalam ingatan ternyata menjadi seorang waria yang suka menjajakan barang dagangan di pinggir jalan.
Berbekal premis yang begitu menggusik dan menggairahkan, Lovely Man tampil begitu mempesona, sederhana dan indah bukan main. Memang Lovely Man tampil sebagai film low buget yang tampil begitu apa adanya, tapi di tangan Teddy, film ini tidak tampil begitu apa adanya. Ibarat tamu, setelah mengetuk pintu, Lovely Man tidak kebanyakan basa-basi, tapi langsung merengut hati sang pemilik rumah dengan kehangatan yang teramat sangat dan sayang untuk ditinggalkan.
Daya magis terbesar Lovely Man ada pada peforma menakjubkan dua pemain utamanya, yaitu Raihanun dan Dony Damara yang berhasil bermain dan memainkan cerita dengan sangat baik. Melalui Lovely Man, kita diajarkan untuk tidak mengadili kesalahan, tapi malahan kita diajarkan untuk memperbaiki kesalahan dengan bijaksana. Tak peduli bagaimanapun Lovely Man berakhir, film ini sudah berbicara begitu banyak dan memberi lebih pula untuk penontonnya. Terlebih film ini berhasil membungkus jakarta dengan begitu manis akibat kejelian Ical Tanjung, sehingga Jakarta seperti mempunyai wajah lain saat tampil di dalam film ini.
Dan sebagai penutup, saya ingin berterimakaih banyak kepada teddy Soriatmadja karena telah memanusiakan manusia dan mengajarkan kita melihat sesama manusia secara manusiawi. Apapun pilihannya, entah dia Metroseksual, LGBT, Biseksual ataupun pilihan yang lain, itu pilihan yang mereka pilih dan jatah kita hanya untuk menghargai apa yang mereka pilih, bukan untuk menghakiminya. Sekian. J
Skor: 8,5/10

0 komentar: