Review : Kubo and the Two Strings

10:52:00 AM Admin 0 Comments


Review : Kubo and the Two Strings




Ada sensasi magis saat film ini bermula, gabungan antara depresif, sedih haru dan sentuhan ajaib yang membuatmu akan terus bertahan menit-menit berikutnya dengan beragam keajaiban. Kubo and the Two Strings di produksi oleh Laika dimana sampai saat ini belum pernah menciptakan karya yang buruk walaupun tak terlalu menonjol di pentas Box Office Global maupun domestic sehingga kadang kala saat melempar karya baru, tak mendapatkan tempat semestinya.
Cerita bermula seperti genra fantasi kebanyakan nan formulatik, tapi dengan visual yang mempesona hingga mampu membuatmu terhanyut dalam alunan ceritanya. Kubro and the Two Strings bercerita tentang Kubo, seorang anak dengan mata sebelah yang dianugrahi bakat sihir yang mempesona. Sebelah matanya dicongkel oleh kakeknya, raja bulan yang bengis kejam dan tak berperasaan. Sang ibu, yang semakin lama semakin tak berdaya, tinggal di sebuah gua yang jauh dari desa selama Kubo mencari uang dengan mendongeng hingga petang.
Ada satu hal yang tak boleh dilanggar oleh Kubo, yaitu berada diluar gua saat malam beranjak turun, karena sebuah peristiwa, Kubo melanggar pantangan sang ibu dan bergulirlah cerita tentang dua saudara ibunya yang memburunya untuk memenuhi permintaan sang kakek.
Cerita kemudian beranjak saat kubo dan seekor monyet membantunya mengumpulkan pedang, baju zirah dan topi perang (saya nggak tahu apa nama yang tepat) untuk bertempur dengan sang kakek. Satu persatu ujian kubo hadapi bersama sang monyet, manusia kumbang dan prajuit origami yang membantunya selama perjalanan.
Satu persatu misteri terkuak dengan cara yang menurut saya tak elegan, dan terkesan tergesa-gesa, secara visual memang sangat menjual tapi lewat pertengahan film, Kubo menjadi sangat membosankan dan mudah ditebak mau kemana. Seperti yang saya jabarkan di paragraf awal, sangat formulatik.
Ada memang humor-humor lucu, atau adegan-adegan keren dan menakjubkan yang kebanyakan berasal dari sihir kubo menggunakan kertas origaminya. Tapi saya bosan dengan karakter-karakter tersebut, terutama monyet yang banyak saya temui di film-film sejenis, begitu juga dengan manusia kumbang yang konyol dan lupa ingatan. Tapi saat rahasia terkuak sebelum klimaks yang hanya begitu saja, Kubo memberikan efek jemu walau saya cukup suka endingnya yang lumayan segar.
Overall, Kubo And the Two Strings adalah film dengan visual yang mengaumkan, awal yang menjanjikan namun sayang, jatuh ke jenis film-film formulatik.
Skor: 2,5/5

You Might Also Like

0 komentar: