menguliti kenangan

10:05:00 AM Admin 0 Comments


“ Menguliti Kenangan “
Oleh : Triztan Famous


Masih ingatkah kau tentang diriku yang dulu selalu hadir?
Masih ingatkah kau tentang lingkup udara yang selalu menemanimu mengalir?
Masih ingatkah kau alasan kita terlahir?
Dan masih ingatkah kau pada runutan hidup yang dulunya bertakdir?
Kau tidak lupa, kau hanya tidak sudi untuk mengingatnya, kau lebih suka bersabda jika semua itu sudah larut dalam cahaya, lenyap dalam ruang hampa dan hilang entah kemana.

Masih ingatkah kau tentang air mata yang dulu menggenang?
Kesedihan yang berkubang?
Dan luka, duka serta lara yang membuat hati berlubang?
Kau masih ingat, tapi kau tak berniat untuk mengenang, kau sama sekali tak berniat untuk mengenang sebuah bintang, sebuah bintang yang dulu memancarkan cahaya terang.

Masih ingatkah kau tentang rasa rindu yang dulu selalu membabat dadamu?
Menelanjangimu dengan rasa nyilu
Melumatmu dalam rasa pilu
Dan mengunyahmu dalam dahsyatnya untaian nada bisu?
Kau membeku, tak berani menatapku, kau sama sekali tak ingin aku mengungkit rasa yang kau sakralkan dalam tabu, tapi aku tahu jika rasa itu tak pernah luput dari ingatanmu.

Masih ingatkah kau dengan sorot mata yang selalu bersinar cerah?
Bahasa tubuh yang melemah
Basuhan kata-kata berserah indah
Atau sekedar berpasrah dengan lelah?
Kau gundah dengan rentetan pertanyaanku yang membuatmu melayang ke negeri antah berantah, kau tak bisa mengendalikan dirimu untuk sekedar berdiam dalam laku stagnan, tubuhmu bergidik, menampakan luapan amarah

Masih ingatkah kau dengan kehangatan rasa yang berpendar ketika kita menyatukan diri dalam pelukan?
Berbahagia dalam leguhan
Bertukar kasih dalam bongkah kenikmatan
Dan menghancurkan kenangan karena pertengkaran di bawah cahaya bulan?
Kau diam dalam buai kepalsuan, meneteskan air mata yang dulu tertahan dan merelakan kenangan yang tak kunjung memadam.
Kau benar-benar tak ingin lagi tertawan, kau mengatakan jika sudah merelakan semua sebagai kenangan dan kau ingin hidup bebas tanpa bayang-bayang.
Dengan air mata yang tak bisa lagi kau tahan, kau memintaku untuk berhenti menguliti kenangan.

You Might Also Like

0 komentar: