Review: La La Land

2:19:00 AM Admin 0 Comments



Review: La La Land

Adalah Damien Chazelle yang membawa awal tahun 2017 menjadi begitu semangat, dan penuh euforia. Chazelle adalah sutradara di balik Whiplash yang penuh pesona itu, bahkan pada saat saya kemarin menontonnya, sihir itu masih ada, benar-benar film yang menakjubkan. Jika Whiplash menceritakan tentang penggebuk drum dengan guru super galak, maka La La Land ada di koridor yang berbeda walau tetap memakai instrument jazz sebagai bahan cerita. La La Land meceritakan tentang jatuh bangunnya dua orang pemimpi dalam mewujudkan mimpinya, hal yang menjadi begitu personal buat saya, karena saya juga golongan manusia pemimpi, maka film ini langsung begitu saja klop di hati dan fikiran saya.
Film musikal adalah salah satu genre yang amat sangat saya tonton karena tak jauh-jauh dari hal klise dan membuat jidat saya berkerut sebal. Tapi La La Land pengecualian karena orang dibaliknya punya pesona dan telah membuat saya tertawan. Dan jika saya sudah tertawan, mau bikin film apa saja si sutradara, saya akan nonton di hari pertama dengan ekspektasi tinggi, seperti karya-karyanya Christopher Nolan yang selalu saya buru dan nantikan.
La La Land mengusung semangat dan set yang lebih besar daripada film sebelumnya dengan track-track musik yang mempesona dan menggugah perasaan, tapi yang paling penting dari itu semua adalah magis yang dimiliki Chazelle. Magis pulalah yang membuat setiap pijakan kaki, dialog, alunan melodi dan lirik memiliki jiwa. Sungguh pengalaman menonton yang mempesona.
Berawal dari macet di jalan bebas hambatan, Mia (Emma Stone) dan Sebastian (Ryan Gosling) bertemu untuk pertama kalinya. Sebastian adalah musisi jazz yang kelimpungan mencari pemasukan tambahan karena idealismenya, dan Mia adalah seorang barista yang terus menerus mencoba audisi untuk mewujudkan mimpinya menjadi artis. Di sebuah pesta mereka bertemu setelah sekian lama tak menjalin komunikasi dan menjalani kehidupannya sendiri-sendiri. Di pesta itu, kedua sejoli itu menyadari satu hal yang dapat menyatukan mereka berdua, passion. Asmara merekah, kemesraan terumbar, hubungan hati semakin merekat, lalu tibalah ujian ketika mimpi mereka berbenturan.
Jika hanya membaca sinopsis semata, ini akan nampak seperti kisah roman picisan semata, tapi cobalah menonton di layar raksasa dan kalian semua pasti merasakan magisnya yang begitu mencengkram jiwa-jiwa pemimpi ulung. Saya tahu kalau review ini sedikit berlebihan, tapi ini beneran! Film ini membuat hati hangat setelah menontonnya. Adalah musik yang dapat menggantikan serentetan kata yang tak bisa menggambarkan maksud yang dituju oleh sang pembuat film, dan film ini begitu cerdas menempatkan beragam musik yang begitu menghentak dengan lirik-liriknya yang punya pesona masing-masing.
Ketika film bermula, kita akan dihadapkan oleh segerombolan anak muda yang menari dan bernyanyi bersama di jalanan tol dengan kompak yang membuat kita terpompa semangat untuk mendalami filmnya, pembuka yang mempesona. Romantisme juga begitu wah di film ini dengan digambarkan melalui banyak adegan yang membuat kita baper, dari menari dijalanan, ciuman di kereta, menari di panetarium. Tapi, yang paling berjasa membuat film ini begitu mempesona adalah Emma Stone dan Ryan Gosling yang mampu menerjemahkan skenario dengan begitu dahsyat dari ekspresi, gestur, emosi hingga sorot mata yang mampu begitu banyak berbicara saat mulut tak berucap.
Karisma kuat sepasang sejoli inilah yang menjadi penggerak dahsyat film ini dari awal hingga akhir dan membuat kita lupa akan waktu. Saya terhenyut film ini dengan teramat sangat, dan saya berbahagia akan hal itu. Hingga akhirnya ditutup oleh ending yang begitu realistis. Dan membuat saya mengandai-andai banyak hal.
Saat saya menonton untuk kedua kalinya, saya kembali takjub karena mulai memperhatikan hal-hal kecil. Dari para pemeran pembantu yang bernyanyi dan berakting dengan baik, penghitungan gerakan, perpindahan dialog ke musik yang begitu lembut, tata artistik, pergerakan kamera dan semua hal yang membuat film ini begitu padu dan pas. Sama sekali tidak berlebihan. Apalagi topik yang dibicarakan oleh film ini begitu realistis, tentang mimpi dan cinta.
Saya juga senang bagaimana film ini menggambarkan dengan tepat saat lagi seneng-senengnya jadian, galau, semakin dekat dengan cita-cita, pas lagi suka sama seseorang, film ini dengan tepat menerjemahkan itu semua dengan elegan. Bahkan, gara-gara film ini, saya pas di parkiran mall ingin nari-nari sendiri saking girangnya hati saya dibuat oleh magisnya tangan Damien Chazelle. Sungguh mempesona.
Skor: 4,5/5

You Might Also Like

0 komentar: