Review : Athirah

10:55:00 AM Admin 0 Comments


Review : Athirah


Ada yang berubah dengan dunia film saya tahun 2016, saya memang seminggu sekali selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi bioskop. Saya jarang sekali menonton film Indonesia jika tidak berasal dari Sutradara favorit (Hanung, Joko Anwar, Riri Riza dan Angga Dwimas Sasongko) atau rumah produksi prosuksi (Visinema, Miles dan Soraya Films), butuh usaha ekstre untuk teman-teman saya memaksa menonton film dalam negeri.
Tapi kebisaan itu sedikit berubah tahun ini, dari awal tahun saya kerap kali menyaksikan film dalam negeri. Mulai dari Comic 8 Casino King part 2, Surat dari Praha, Aach... aku jatuh cinta, My Stupid Bos, A Copy of My Mine, AADC 2, Rudy Habibie, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos Part 1, dan beberapa film lain yang tidak saya review karena tidak meningalkan kesan untuk saya. Entah itu kesan baik atau kesan buruk, karena langsung hilang dari ingatan. Dan saya rasa kebiasaan itu akan tetap berlanjut karena saya masih menantikan hujan film Box Office Indonesia desember nanti, hehehe, saya paling senang nonton film Indonesia pas akhir tahun karena filmnya bagus-bagus.
Jika awal tahun ini saya terperangah karena Surat Dari Praha dan AADC2, maka saya kembali dibuat megap-megap karena film ini, saya sama sekali tak menyangka jika Indonesia sudah bisa menaikan level perfilemannya sampai setinggi ini. Jika film Indonesia memiliki kualitas seperti Athirah, maka saya akan menonton film baru Indonesia setiap kamis di bioskop. Saya bangga dengan film Indonesia.
Jika biasanya Miles mengeluarkan satu film dua tahun sekali. Kali ini mereka keluar dari pola itu, mereka mengeluarkan dua film dalam satu tahun, satu film untuk kepentingan komersial dan satu film untuk memenuhi hasrat idealisme mereka. Sebenarnya saya bosan dan cenderung malas dengan cerita poligami lengkap dengan elemen religi yang terlalu banyak diulas di film indonesia, tapi saat ada Riri Riza dan Mira Lesmana di balik kemudi, saya santai saja melengang ke dalam bioskop karena tahu saya akan disajikan sebuah karya besar.
Adalah Athirah, ibunda Jusuf Kalla yang diangkat ke dalam cerita, sebelumnya saya sama sekali tak tahu siapa Athirah dan sepenting apakah beliau sampai-sampai harus dibuatkan sebuah film. Tapi saat lampu padam dan film mulai berjalan, saya tak lagi mempermasalahkan hal itu karena bahasa gambar yang menakjubkan. Demi Tuhan, film ini begitu indah, merdu, puitis, segar dan elegan untuk perfileman Indonesia. Athirah tak berjalan di koridor poligami yang menye-menye dan berdrama keblabasan. Tak ada raungan tangis, teriakan histeris, penyakit ganas bahkan sampai salah satu tokoh meninggal.
Bahkan saya seperti sedang menyaksikan film-film Eropa dimana melantun pelan, minim dialog tapi dengan segumpal emosi yang siap menghadang. Athirah benar-benar menghanyutkan kita dalam alntunan puitis, indah, cantik sambil memahami benar apa yang sedang dialami sang tokoh di dalam layar.
Bagusnya penyutradaraan Riri Riza berasal dari ramuan maut naskah hasil kolaborasinya bersama Salman Aristo, lalu shot-shot mewah Yadi Sugandi, musik yang mampu berkomunikasi banyak Juang Manyala dan yang paling penting adalah Cut Mini yang mampu membawakan peran dengan begitu indah, dan tepat sasaran. Hati saya sakit saat mendengar dia ngaji sambil nangis. Dari ekpresi mukanya, sorot matanya, reaksinya. Dan yang membuat saya semakin tertarik dengan film ini adalah Jajang C noer, saya adalah penggermar berat beliau.
Benar-benar film yang cantik dan puitis.
Skor : 4,5/5

Tambahan : saya hidup di Solo dan saya sebenarnya sebal dengan pihak bioskop yang serasa kurang memberikan edukasi masyarakat tentang film yang bagus dan layak tonton. Ini buakn pertama kalinya film-film berkualitas Indonesia hanya mendapat jatah 1 layar dan itupun adanya di Solo Grand Mall yang kurang diminati banyak kalangan untuk menonton film.
Kalau beneran niat mau majuin film Indonesia, mbok ya film-film kaya gini ditayangin di Solo Square, The Park, atau Paragon kek. Masa saya nonton Surat dari Praha, A Copy of My Mine, Siti sampai Athitah disini mlulu. Yang adil sedikit dong bos.

You Might Also Like

0 komentar: