Review : Cek Toko Sebelah

2:28:00 AM Admin 0 Comments



Review : Cek Toko Sebelah

Ernest menjadi sutradara yang saya tunggu-tunggu karya selanjutnya karena kepekaannya dalam banyak hal dan setelah menonton filmnya, kita mendapat sesuatu, bukan hanya hahaha hihihi tapi kosong seperti temannya itu.  Dari daftar film Indonesia yang tayang di bulan Desember, ada Headshot, The Profesional dan Cek Toko Sebelah yang menarik perhatian saya walau saya juga keseret nonton Hangout karena seorang kawan, dan buat yang nanya kenapa saya nggak pernah ngeriview film-film Islami dengan banyak tokoh berkerudung, saya bukan segmen penonton film-film itu dan sedikit benci sama film-film kaya gitu, Ok? Lanjut reviewnya.
Tahun ini Ernest merilis Cek Toko Sebelah yang naskahnya ia tulis bersama sang istri. CTS bercerita tentang dua bersaudara dengan sifat bertolak belakang, Yohan (Dion Wiyoko) seorang fotografer lepas dan Erwin (Ernest) pekerja kantoran yang sukses di usia muda. Pembertontakan Yohan dan keputusannya untuk menikahi Ayu (Adinia Wirasti) membuat hubungan dengan ayahnya memburuk, bergulirlah kisah saat kesehatan sang ayah menurun dan ia ingin mewariskan toko yang selama ini dia kelola kepada Erwin karena dia masih belum bisa memaafkan kesalahan Yohan di masa lalu.
Sebagai komedi, CTS mampu berkerja dengan sangat baik, terlebih dengan premis simpel tapi sangat dekat dengan kehidupan kita yang membuat kita mudah untuk terhubung dengan guliran kisah yang disajikan. Kehadiran banyak komika memang banyak membantu lelucon di film ini bekerja (walau kadang terlalu lama dan bisa di pangkas), apa yang membuat salut dengan komedi di CTS adalah kecerdasan Ernest dalam mengeksekusi komedi dengan baik sehingga menghasilkan tawa yang membludak dan tak berkesudahan.
Saat menonton pertama kali, kita memang akan menikmati sensasi bahagia saat film ini berakhir, tapi saat saya menonton dua kali, barulah tabir film ini terbuka. Ketika lelucon hadir berlebihan sehingga menutupi drama yang sedang berkembang, terasa begitu menganggu karena kita tidak benar-benar diajak untuk merasakan emosi yang terpampang di dalam layar. Editing yang cepat juga sedikit mencederai hal tersebut, walau rapi tapi tetap menganggu. Belum sempet ternyuh, terus terbahak, mau tersentuh, eh udah ngakak lagi. Apa hal ini yang dikatakan banyak orang komedi dan drama yang seimbang? Menurut saya bukan.
Adalah ketidak seimbangan porsi drama dan komedilah yang menganggu CTS saat saya tonton ulang, saya tidak terkesan dengan akting Gisele yang kerasa lempeng dan nggak punya chemistry sama Ernest dan EGP aja sama beberapa karakter, Adinia Wirasti yang saya pikir akan tampil mempesona, ternyata hanya gitu aja, berkesan sih, tapi ya gitu deh pokoknya. Dan yang menjadi pencuri perhatian dan cukup menggugah hati adalah Dion Wiyoko yang mengalami peningkatan bermain peran dan sosok ayah yang di mainkan oleh A Fuk yang pernah main My Stupid Boss tahun ini. Mendingan nonton CTS daripada film komika sebelumnya yang banyak garingnya dan momen-momen jangkrik.
Kelebihan lain CTS adalah membuat saya sama-sama peduli dengan Erwin dan Yohan karena porsi mereka yang seimbang, entah siapa yang bakal nerusin toko, saya percaya aja sama mereka beruda. Kalau pada sadar, ada banyak lelucon tentang nama produk yang dijual di toko, CTS adalah film yang paling banyak saya terbahak selama nonton di bioskop (sorry pemecah rekor film Indonesia, masih banyak garingnya), ada sensasi yang sulit di gambarkan pada saat pertama kali nonton film ini, andai aja karakternya semua otaknya rada gesek, pasti tambah konyol film ini, jadi total komedi kali ya kalau gitu?. Tapi diantara banyak komika yang bersliweran di film ini, kehadiran Asri Welaslah yang menjadi bom tawa berkepanjangan, bahkan saat di rumah pun saya masih terbahak saat teringat hal ini. Keren.
Overall saya terhibur banget sama film ini, walau ngak lebih bagus dari ngenest tahun lalu, tapi film ini bagus buat nutup perfileman Indonesia tahun 2016 yang terasa begitu membanggakan karena rekor saya nototn film indonesia juga pecah hehehe, saya jadi nggak terlalu sensi sama film-film Indonesia kalau pada serius di garap.

Skor : 4/5

You Might Also Like

0 komentar: